Study My Private Collections

Enjoy ur life with ur own ways with not to ignore the rules that existed....

Metode Penelitian

ANALISIS SEMANTIK PADA GAYA BAHASA SINDIRAN DALAM BAHASA MELAYU PALEMBANG

Disusun oleh:
Fider Saputra T (A2B308013)

Fakultas Ilmu Budaya
Program Reguler II Sastra Inggris
Universitas Diponegoro Semarang
2009


A.Latar Belakang

Di dalam kehidupan sehari-hari, kita banyak menjumpai orang yang berbicara atau berkomunikasi antar sesama dengan menggunakan berbagai macam bahasa. Harimurti dalam buku Pesona Bahasa yang disunting oleh Kushartanti (2005:3) mengungkapkan bahwa Bahasa adalah sistem tanda bunyi yang disepakati untuk dipergunakan oleh para anggota kelompok masyarakat tertentu dalam bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. Biasanya dalam berkomunikasi tersebut bahasa yang mereka gunakan ditentukan oleh latar tempat/waktu, status sosial, penutur dan mitra tutur, serta kekuatan/kekuasaan yang dapat mempengaruhi pilihan bahasa tersebut seperti yang dikemukakan oleh Holmes (2001:8) bahwa ada empat faktor sosial dalam penentuan bahasa yaitu penutur dan mitra tutur, latar tempat dan waktu, topik, serta tujuan pembicaraan.
Bahasa juga berkaitan erat dengan kondisi-kondisi sekitar pemakaiannya, dan makna dari bahasa tersebut erat kaitannya dengan siapa penuturnya, di mana, sedang apa, kapan dan bagaimana; lingkungan sosial, profesional, regional dan historis juga akan mempengaruhi bahasa dan penafsirannya (Alwasilah, 1987: 142).
Pada umumnya, orang berinteraksi antar sesama dengan maksud dan tujuan tertentu untuk mencapai suatu kesepakatan sosial dalam berbicara. Terkadang komunikasi yang terjadi tidak selalu bernilai positif, tetapi ada juga yang bernilai negatif seperti adanya perbedaan pendapat dan selisih paham yang menyebabkan munculnya kata-kata makian ataupun kata-kata sindiran yang dilontarkan oleh penutur terhadap mitra tuturnya dan sebaliknya. Biasanya, kata-kata sindiran tersebut muncul untuk mengekspresikan segala bentuk ketidakpuasan, ketidaksetujuan, dan bentuk protes terhadap mitra tutur atau situasi dan kondisi yang penutur alami.
Bagi kebanyakan orang yang mendapatkan kata-kata sindiran tersebut mungkin secara langsung dirasakan sangat menyakitkan dan melecehkan, tetapi terkadang kata-kata sindiran tersebut juga memiliki fungsi untuk menghibur atau hanya sekedar guyonan belaka tanpa ada maksud untuk menyakiti hati dari mitra tutur tergantung dari situasi dan keadaan yang ada. Contohnya, dialog-dialog yang ada dalam film “Tawa Sutra”. Segala bentuk interaksi yang ada dalam film tersebut banyak sekali kata-kata sindiran yang bertujuan untuk menghibur dan mengundang tawa dari para penonton dan tentu saja tidak ada maksud sama sekali untuk menyakiti hati mitra tutur yang di sindir oleh penutur.
Berbagai macam kata sindiran tersebut biasanya mempunyai makna yang berbanding terbalik dari kenyataan yang ada dengan maksud menyindir, misalnya: ‘cobalah tampar aku kalau berani’. Sindiran tersebut menggambarkan bahwa akan ada timbulnya keragu-raguan dari mitra tutur untuk melakukan atau menjalankan apa yang penutur katakan. Contoh dalam bahasa Melayu Palembang yaitu: ‘laen nian oi yang la dem begawe ne, la lupo caknyo tu dengen kawan dewek’ (berbeda sekali yang sudah bekerja, lupa dengan temannya sendiri). Sindiran tersebut mempunyai maksud penutur menyinggung mitra tutur bahwa setelah mendapat pekerjaan mitra tutur menjadi sombong kepada teman-temannya sendiri. Serta masih banyak contoh-contoh lainnya yang dapat dikaji lebih dalam lagi, dan tentu saja kata-kata sindiran yang ada sangatlah beragam tergantung dari bahasa yang digunakan, karena setiap daerah pasti mempunyai keragaman bahasa yang berbeda-beda pula.

B.Pembatasan Masalah

Sehubungan dengan topik pembicaraan yang akan dibahas, penulis akan secara khusus membahas kajian gaya bahasa sindiran dalam bahasa melayu Palembang.

C.Tujuan Penilitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:
• Untuk menjelaskan jenis-jenis gaya bahasa sindiran.
• Untuk mendeskripsikan bentuk kata-kata sindiran yang terdapat dalam bahasa melayu Palembang.
• Untuk menjelaskan pemahaman gaya bahasa sindiran dalam perspektif Bahasa Melayu Palembang dengan Bahasa Indonesia.

D.Landasan Teori

1.Definisi Semantik
Seperti yang telah diungkapkan oleh orang-orang terdahulu, Semantik berasal dari bahasa Yunani semainein yang artinya ‘yang bermakna’; ’bermakna’; ‘berarti’. Menurut Djajasudarma (1999 : 14), Semantik adalah ilmu makna, membicarakan makna, bagaimana perkembangannya, mengapa terjadi perubahan makna dalam sejarah bahasa, dan bagaimana mula adanya sesuatu makna.
Sedangkan Kushartanti (2005 : 114) berpendapat bahwa Semantik merupakan bidang linguistik yang mempelajari makna tanda bahasa. Semantik adalah subdisiplin linguistik yang membahas dan mengkaji tentang makna dengan berobjekkan makna (Pateda, 2001 : 7).
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa semantik adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari makna tanda bahasa, bagaimana perkembangannya, asal mula terbentuknya makna, dan alasan mengapa adanya perubahan makna dalam sejarah bahasa.

2.Definisi gaya bahasa
Gaya atau khususnya gaya bahasa dalam retorika disebut dengan istilah Style. Kata style diturunkan dari kata latin stilus, yaitu semacam alat untuk menulis pada lempengan lilin. Kemudian style berubah menjadi kemampuan dan keahlian untuk menulis atau mempergunakan kata-kata secara indah (Keraf, 2006 : 112).
Gaya bahasa adalah pemakaian kata-kata kiasan dan perbandingan yang tepat untuk melukiskan sesuatu maksud tanpa untuk membentuk plastik bahasa (daya cipta pengarang dalam membuat cipta sastra dengan mengemukakan pemilihan kata yang tepat).
(http://linguafranca28.wordpress.com/2009/01/21/gaya-bahasa)
Majas atau gaya bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis. (www.Wikipedia.com)
Dari kutipan-kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa atau majas adalah penggunaan kata-kata kiasan dalam pemakaian ragam tertentu untuk mendeskripsikan suatu maksud dan memperoleh efek-efek tertentu baik secara lisan maupun tulisan.

3.Jenis-jenis gaya bahasa sindiran
Gaya bahasa terdiri atas empat macam yaitu, gaya bahasa perbandingan, gaya bahasa pertentangan, gaya bahasa penegasan, dan gaya bahasa sindiran Dalam hal ini penulis hanya akan membahas tentang gaya bahasa sindiran.
Gaya bahasa sindiran terbagi atas 5 jenis, yaitu:
1. Ironi, sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut.
2. Sinisme, gaya bahasa sindiran dengan menggunakan kata-kata yang sebaliknya seperti ironi tetapi lebih kasar.
3. Sarkasme, gaya bahasa sindiran yang paling kasar dengan mempergunakan kata-kata yang dianggap tidak sopan.
4. Antifrasis, gaya bahasa ironi dengan kata atau kelompok kata yang maknanya berlawanan.
5. Innuendo, sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.
(http://linguafranca28.wordpress.com/2009/01/21/gaya-bahasa)

4.Sejarah Bahasa Melayu Palembang
Bahasa Melayu Palembang atau lebih dikenal oleh orang Pelembang dengan sebutan Baso Palembang mempunyai dua tingkatan. Menurut Dunggio (1983 : 3), dua tingkatan tersebut adalah Baso Palembang Alus (bahasa Palembang halus), dan Baso Palembang Sari-sari (bahasa Palembang sehari-hari). Baso Palembang Alus telah digunakan sejak zaman raja-raja (kesultanan) Palembang dan biasanya dipakai untuk berinteraksi dengan orang tua, pemuka masyarakat dan agama, atau orang-orang yang mempunyai status sosial yang tinggi, terutama pada upacara-upacara adat Palembang seperti perkawinan, kelahiran, pengkhitanan, dan lain-lain. Perbehendaraan kata dalam Baso Palembang Alus sebagian besar memiliki banyak persamaan dengan kata-kata yang terdapat dalam bahasa Jawa, karena menurut sejarah raja-raja Palembang berasal dari Kerajaan Mojopahit, Kerajaan Demak, dan Kerajaan Pajang.
Sedangkan Baso Palembang Sari-sari adalah bahasa yang umum dan sering digunakan dari dulu sampai sekarang di kota Palembang dan bahasa ini berasal dari bahasa Melayu yang kemudian menjadi salah satu dialek bahasa melayu. Baso Palembang Sari-sari biasanya digunakan oleh orang-orang yang seumuran atau mempunyai status sosial yang sama/sederajat, baik dalam upacara-upacara adat maupun dalam pergaulan sehari-hari.

E.Metode Penelitian

Menurut Sudaryanto (1993 : 9) metode adalah cara yang harus dilaksanakan; sedangkan teknik adalah cara melaksanakan metode. Dua hal konsep tersebut berbeda tetapi mempunyai hubungan secara langsung satu sama lain. Pada bagian ini, ada beberapa hal yang akan dibahas, yaitu tentang unit analisis, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik penyajian hasil analisis data.

1.Unit Analisis

a. Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa percakapan, kata, kalimat, frasa, dan klausa dalam bentuk Bahasa Melayu Palembang.
b. Sumber Data
Data-data yang diperoleh berasal dari bahasa lisan dan tertulis. Pada bahasa lisan, peneliti akan memperhatikan situasi, lokasi, serta waktu yang seperti apa pada saat kejadian itu berlangsung. Sedangkan pada bahasa tertulis, peneliti mengumpulkan data dengan menentukan jenis dari teks tersebut (koran, majalah, iklan, dll).
c. Populasi dan Sampel
Peneliti menggunakan purposive sampling technique. Tujuan menggunakan teknik ini adalah agar memperoleh data yang lebih bervariasi, karena menggunakan kriteria-kriteria tertentu yang sudah ditentukan dulu sebelumnya oleh peneliti di dalam memilih sampel.

2.Teknik Pengumpulan Data

a. Interview (teknik cakap semuka)
Peneliti akan menginterview para responden yang telah ditetapkan terlebih dahulu dan menggunakan open questions, yaitu memberikan kebebasan kepada responden untuk memberikan penjelasan terkait dengan topik yang dibicarakan.
b. Observasi
Peneliti menggunakan lima jenis observasi, yaitu:
- Teknik sadap
Peneliti menyadap pembicaraan seseorang atau beberapa orang untuk mendapatkan data-data yang diinginkan.
- Teknik simak libat cakap
Untuk mendapatkan data-data yang diinginkan, peneliti terlibat langsung dalam percakapan tersebut.
- Teknik simak bebas libat cakap
Peneliti hanya menyimak dan tidak terlibat langsung dalam pembentukan bahasa. Teknik ini biasanya digunakan pada data-data tertulis, contohnya: koran, majalah, e-mail, blog, facebook, dll.
- Teknik rekam
Peneliti akan melakukan perekaman dengan tape recorder sebagai alatnya. Perekaman yang dilakukan tanpa sepengetahuan penutur sumber data atau pembicara, agar terlihat alami/natural.
- Teknik catat
Peneliti akan membawa alat tulis, seperti bulpen, pensil, kertas, penggaris, dll. Pencatatan dilakukan secara langsung pada saat terbentuknya bahasa tersebut. Peneliti juga akan mencatat kondisi, tempat, dan waktu kejadian.
c. Library Study
Dalam mencari data, peneliti juga membaca dan mencari buku-buku yang dapat mendukung dalam pelaksanaan penelitian ini.

3.Teknik Analisis Data

Sudaryanto (1993 : 13), ada dua jenis metode dalam menganalisis data, yaitu metode padan dan metode agih.
a. Metode padan (identity)
Peneliti menggunakan empat jenis metode berdasarkan alat penentunya untuk menganalisis data, yaitu:
- Referensial (referen)
- Translasional (Langue lain)
- Ortografis (tulisan)
- Pragmatis (mitra tutur)
b. Metode agih (distribution)
Dalam metode ini, peneliti menggunakan dua teknik, yaitu:
- Teknik lesap : menggunakan unsur tertentu dari satuan lingual yang bersangkutan untuk kemudian dilesapkan (dihilangkan, dihapus, dikurangi).
- Teknik sisip : menggunakan unsur tertentu untuk kemudian disisipkan di antara unsur-unsur lingua yang ada.

4.Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

Dalam hal penyajiannya, peneliti menggunakan metode penyajian informal yaitu perumusan dengan kata-kata biasa (Sudaryanto, 1993 : 145). Penyajian hasil analisis data ini bersifat deskriptif, yaitu hanya semata-mata berdasarkan data-data yang ada dan peneliti hanya mendeskripsikan tentang gaya bahasa sindiran dalam bahasa Melayu Palembang .

F.Waktu Pelaksanaan Penelitian

Mengingat tempat penelitian jauh dari tempat tinggal peneliti, maka penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Desember 2009. Waktu tersebut dirasakan cukup bagi peneliti untuk mengumpulkan berbagai variasi data.

G.Daftar Pustaka

Alwasilah, A. Chaedar. 1987. Linguistik Suatu Pengantar. Bandung: Angkasa.
Djajasudarma, T. Fatimah. 1999. Semantik 1: Pengantar ke Arah Ilmu Makna. Bandung: Refika Aditama.

Dunggio, P.D., dkk. 1983. Struktur Bahasa Melayu Palembang. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Holmes, Janet. 2001. An Introduction to Sociolinguistics: Second Edition. Malaysia: LSP.

Keraf. 2006. Diksi dan Gaya Bahasa : Seri Retorika. Jakarta: Gramedia.
Kushartanti, dkk. 2005. Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal: Edisi Kedua. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Sumber Internet :
(linguafranca28.wordpress.com/2009/01/21/gaya-bahasa)

(www.wikidpedia.com)

0 komentar:

Posting Komentar